Sunday, February 11, 2018

Bunga, Are We Happy?

Bunga, apa kita bahagia? Maksudku, apakah kamu merasa bahagia menjalani hubungan ini bersamaku? Sebab, aku ini hanya laki-laki biasa. Semenjak dia yang kucurigai menjadi orang ketiga datang dalam hubungan kita, ada dari kamu yang berubah, Bunga.
Bunga, boleh aku bertanya? Apa kamu benar-benar mencintaiku seutuhnya? Sebab, aku melihat ada keraguan di matamu. Tapi, aku sedang membuang jauh-jauh pikiran itu, agar kepalaku tidak dipenuhi oleh rasa ingin tahuku yang mungkin bisa berubah dan berbalik arah untuk menyakitiku.

Bunga, aku memang laki-laki biasa. Namun ketahuilah, bahwa cintaku ke kamu sungguh sangat luar biasa. Dunia saja tak akan sanggup untuk membeli rasa cintaku padamu. Aku tidak mau membanding-bandingkannya sebenarnya, namun benar nyatanya bahwa aku dan dia memang jauh sangat berbeda. Aku hanya laki-laki biasa, yang hanya mencintai kamu dengan sangat luar biasa, yang hanya bisa menemuimu sekali dalam seminggu, yang hanya bisa menyapamu dengan tulisan tulisanku, yang hanya bisa membawakanmu bunga saat hendak menemuimu, yang hanya bisa mengajakmu pergi sejauh yang aku mampu, yang hanya bisa meberikanmu kado sederhana saat ulang tahunmu. Aku, hanya laki-laki biasa yang mencintaimu dengan sangat luar biasa, Bunga.

Soal luka kamu tak usah khawatir, itu akan menjadi urusanku, aku yang akan menanggung segala lukanya, kamu tak usah ikut merasakannya. Sebab, aku tak mau perempuan yang aku kenal terluka. Tak apa, aku akan terbiasa dengan sendirinya. Melangkahlah, Bunga, jangan menengok ke belakang. Kenangan kita biar aku saja yang membawanya. Aku takut saja, jika kamu ikut membawa kenangan itu, kamu nanti akan kelelahan dan keberatan. Biar aku saja.

Bunga, boleh aku titip pesan untuk dia? Tolong sampaikan padanya, jangan sampai dia menyakiti hatimu. Ah, tentu kamu tidak akan merasa tersakiti dengan dia. Sebab, segala yang kamu inginkan pasti akan dengan mudah kamu dapatkan.


Selamat tidur, Bunga. Sampai jumpa. Malam ini rinduku akan selalu sama, meskipun saat kamu membuka mata nanti, pagi kita sudah berbeda, kopi yang selalu aku minum di pagi hari pasti rasanya akan berubah menjadi pahit. Ah, itu bukan urusanmu. Bahagialah, Bunga, aku tidak akan memaksamu untuk selalu tinggal, kamu bisa kapan saja angkat kaki dari rumah hatiku, aku tidak akan mencegahmu. Sekali lagi. Bahagialah, Bunga.

Tumblr : Luka Kita

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.